Rabu, 25 Maret 2009

cerpen <4>

SESUATU YANG PALING TIDAK KUINGINKAN
Kalo ada orang yang tanya padaku, apa sih yang paling tidak kuinginkan? Maka aku tidak akan berfikir dua kali untuk menjawabnya: Sesuatu yang paling sangat tidak kuinginkan adalah PUNYA ADEK. Yup! Bagiku, kehadiran seorang adek hanya sebagai pengganggu saja. Di rumah, di luar rumah, diii… mana saja. Dia hanya mengganggu ketentraman hidupku. Dia hanya sebagai perusak kebahagiaanku. Coba aja bayangin. Waktu aku belum punya adek, aku lah yang paling disayang sama Papa, dimanja sama mama, dan dikabulkan semua permintaanku. Tapi semenjak dia datang, uuuh… semuanya jadi berantakkan. Ga disayang lagi. Ga dimanja lagi. Minta ini ga boleh. Mau itu harus dibagi- bagi sama adek. Sebel, kan ??? Udah jatah jajan dikurangi, eeh… jatah manja- manjaan apalagi.
Yang paling sangat menyebalkan adalah… aku harus mencuci baju, celana, sama popoknya. Bisa dibayangin gimana baunya celana dia. Uuuh… baaauuu…. Tidak cukup sampai di situ saja penderitaanku. Makhluk kecil ini ternyata sepertinya menyukaiku. Dia hanya mau bermain denganku di samping mama dan papa. Dia ngga mau diasuh oleh baby sitter sewaan papa, apalagi sama keponakan papa yang wajahnya menyeramkan itu.
Sekali lagi, sepertinya dia munyukaiku. Otomatis, aku lah yang harus mengasuhnya setelah pulang sekolah. Menyebalkan! Pokoknya, semenjak dia hadir di tengah keluargaku, aku jadi super menderita. Ah, andai saja aku tidak punya adek, mungkin…
“Gubrak!!!” suara itu sangat jelas sekali di telingaku. Oh, tidak! Dia… dia jatuh dari tempat tidur. Aku sangat takut saat kulihat dia tidak bergerak. Oh, my God…
* * *
“Eri… adikmu…” mama melukku dengan tetap menagis. Aku ngga tahu kenapa ia tidak melanjutkan kata- katanya. Yang aku tau, aku segera berlari ke kamar ‘Melati 102’. Kulihat tubuhnya yang kaku, tidak bergerak. Ya Tuhan, kenapa aku menangis? Bukankah aku ingin dia pergi? Bukankah aku tidak mau punya adek? Tapi kenapa? Kenapa air mata ini…
Tanpa sadar, aku mengguncang- guncangkan tubuh adekku supaya dia bangun. Aku ngga mau hal ini terjadi. Aku ngga mau kehilangan dia. Aku ingin dia menemani hari- hariku seperti biasa. Tapi dia tetap tidak bergerak.
Ya Tuhan, aku janji. Jika adekku bangun dan sembuh, aku akan menyayanginya sepenuh hatiku. Aku akan menjaganya semampuku. Ya, Tuhan…
* * *
“Ka… kok kaka melamun sih? Ngelamunin pacarnya ya….?” Goda adekku manja. Dasar! Mana sempet aku mikirin pacar. Wong pacarnya aja blom punya.
Ah, Geo… andai aja kamu tau, kaka sediiiiih banget. Kamu tau kenapa? Karena kaka menyesal. Kaka menyesal telah menelantarkan adek kaka yang selama ini baru kaka sadari kalo kaka menyayanginya. Apakah dia tau kalo aku mencintainya?
“Kalo bukan ngelamunin pacar, trus apaan donk? Mikirin Geo ya? Ayo ngaku!” selidik Geo sambil tak lupa mengguncang badanku hingga aku jatuh ke belakang.
“Kok kamu tau, sayang?” tanyaku balik. Aku ingin mengujinya.
“Ya iya lah…. Aku yakin kaka lagi mikirin aku karena aku juga lagi mikirin kaka.” Jawabnya membuat hidungku kembang kempis keGRan. Aku terharu. Tanpa sadar, aku memeluknya erat. Ya, Tuhan, aku mohon, jangan pisahkan lagi aku dengan adekku yang sangat aku sayangi ini! Aku ngga mau kalo sampe kejadian itu terulang lagi. Aku ngga mau. Aku ngga mau kehilangan kamu, Geo. Cukup hanya satu kali penyesalan yang aku alami. Cukup hanya Isna saja yang aku telantarkan. Isna, semoga kamu mendengarku di alam sana . Aku sayang sama kamu. Maafkan atas semua kesalahan uang kaka lakukan padamu sewaktu kamu masih hidup. Sekarang kita punya adek. Dia adalah Geo. Kaka sangat sayang sama dia, seperti rasa sayang kaka pada Isna. Kaka janji. Kaka ngga akan menyakitinya. Kaka akan mencintainya sepenuh jiwaku.
Kurasakan ada pelukan hangat dari adekku, Geo. Sungguh, tidak ada yang patut melukiskan kebahagiaanku melihat aku telah bersama dengan adek yang aku cintai dan mencintaiku.
Ya, Tuhan. Kini aku sadar. Sesuatu yang paling tidak aku inginkan adalah kehilangan adek.
Spesial bwt aDe eL... I Love You...

Tidak ada komentar: